
TOKOBERITA.COM – Kondisi tujuh jembatan yang menghubungkan Bukit Lawang menuju Tangkahan kini memprihatinkan. Jembatan yang sebelumnya masih kokoh dan layak digunakan, justru berubah rusak parah setelah dilakukan pembangunan. Ironisnya, proyek pembangunan tersebut tidak selesai dan akhirnya terbengkalai.
Jembatan-jembatan ini sejatinya masuk dalam proyek multiyears yang digulirkan pada tahun 2022–2023 dengan nilai fantastis mencapai Rp 2,7 triliun. Namun, hasil di lapangan jauh dari harapan masyarakat.
Warga menyebutkan, sebelum adanya proyek pembangunan, jembatan-jembatan tersebut masih bisa dilalui dengan aman, meski butuh perawatan. Namun, setelah dilakukan pembangunan yang tidak tuntas, kondisinya justru lebih berbahaya untuk digunakan.
Beberapa jembatan kini tampak rusak pada bagian lantai dan tiangnya. Ada pula yang belum rampung pemasangan material sehingga menyulitkan masyarakat maupun wisatawan yang hendak melintas.
Bukit Lawang dan Tangkahan dikenal sebagai destinasi wisata alam unggulan di Sumatera Utara. Kerusakan akses jembatan ini dinilai menghambat aktivitas ekonomi, pariwisata, bahkan mobilitas warga sehari-hari.
“Dulu sebelum dibangun, jembatan masih bisa kami lalui dengan motor. Sekarang sudah sangat berbahaya, bahkan ada yang nyaris putus,” ujar salah satu warga setempat.
Kondisi ini tidak hanya merugikan masyarakat lokal, tetapi juga berpotensi menurunkan jumlah kunjungan wisatawan. Padahal, Bukit Lawang dan Tangkahan menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara untuk menikmati ekowisata, terutama orangutan Sumatera.
Selain itu, hasil pertanian dan perkebunan warga juga terkendala distribusinya. Petani kesulitan mengangkut hasil panen ke pasar karena akses jalan terganggu akibat jembatan yang rusak.
Masyarakat berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas agar proyek jembatan tersebut bisa dilanjutkan dan diselesaikan. Mereka menilai dana sebesar Rp 2,7 triliun seharusnya bisa menghasilkan pembangunan yang bermanfaat, bukan terbengkalai.
Para tokoh masyarakat bahkan menyuarakan kekhawatiran bahwa terbengkalainya proyek ini bisa membuka peluang praktik korupsi. Mereka meminta aparat penegak hukum mengawasi jalannya proyek secara lebih ketat.
Kerusakan tujuh jembatan tersebut kini menjadi sorotan publik. Beberapa komunitas pegiat wisata dan lingkungan juga ikut menyuarakan keresahan mereka, sebab akses yang buruk berpotensi mengurangi minat wisatawan untuk datang.
Sejumlah warga juga mencoba melakukan perbaikan seadanya dengan cara swadaya. Namun, kondisi kerusakan terlalu parah untuk diperbaiki tanpa dukungan anggaran besar.
Pemerintah daerah disebut telah melaporkan kondisi ini ke pihak terkait, namun masyarakat menuntut adanya kejelasan waktu kapan pembangunan jembatan benar-benar dilanjutkan.
Jika permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut, bukan hanya masyarakat yang merasakan dampak ekonomi, tetapi juga citra pariwisata Sumatera Utara yang bisa merosot di mata wisatawan nasional maupun internasional.
Masyarakat berharap proyek jembatan Bukit Lawang–Tangkahan segera menjadi perhatian serius pemerintah pusat maupun daerah agar akses vital ini bisa kembali aman, lancar, dan bermanfaat bagi semua.