
TOKOBERITA.COM – Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Muhammad Bobby Afif Nasution, secara aktif mendorong pertumbuhan kewirausahaan baru dan peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayahnya. Melalui program Fast Track Youngpreneur (FYP) 2025, pemerintah provinsi menargetkan untuk mengakselerasi 1.700 UMKM muda yang potensial.
Program ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat pondasi ekonomi Sumut, di mana UMKM memegang peranan vital. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 60% populasi Sumut atau sekitar 9 juta jiwa termasuk dalam kategori usia produktif (15-64 tahun). Angka ini menjadi modal besar bagi pengembangan kewirausahaan di provinsi tersebut.
Bobby Nasution menjelaskan bahwa saat ini hanya sekitar 5% dari kelompok usia produktif yang aktif sebagai wirausaha. “Artinya, terdapat sekitar 450.000 usaha baru di Sumut. Jika setiap usaha mempekerjakan 2-3 orang, maka dapat menyerap 1,3 juta tenaga kerja,” ujarnya. Hal ini menunjukkan betapa besar dampak pengembangan UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Fast Track Youngpreneur 2025 dirancang khusus untuk memberikan pendampingan intensif kepada pelaku UMKM muda. Program ini tidak hanya memberikan pelatihan teknis, tetapi juga akses permodalan, pemasaran digital, serta pendampingan hukum dan manajemen bisnis. Tujuannya adalah menciptakan wirausaha yang tidak hanya mandiri, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional bahkan global.
Sektor UMKM di Sumut selama ini telah menjadi tulang punggung ekonomi, terutama di masa pemulihan pasca pandemi. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumut mencapai lebih dari 50%, dengan dominasi di sektor kuliner, kerajinan tangan, fashion, dan jasa kreatif. Namun, banyak UMKM masih menghadapi kendala klasik seperti keterbatasan modal, manajemen keuangan, dan pemasaran.
Melalui FYP 2025, pemerintah provinsi berupaya menjawab tantangan tersebut. Bobby Nasution menekankan bahwa program ini difokuskan pada pendekatan berbasis teknologi dan inovasi. “Kami ingin mendorong UMKM untuk naik kelas, dari sekadar usaha rumahan menjadi usaha yang scalable dan berbasis digital,” jelasnya.
Salah satu fokus utama program ini adalah penguatan UMKM di sektor unggulan Sumut, seperti kopi, tekstil ulos, dan produk pertanian. Pelaku usaha akan dibekali dengan pengetahuan tentang standarisasi produk, packaging yang menarik, serta strategi pemasaran melalui e-commerce dan media sosial.
Selain itu, program ini juga menggandeng berbagai pihak seperti perbankan, investor, dan perusahaan teknologi untuk memberikan dukungan nyata. Beberapa bank lokal telah menyiapkan skema kredit khusus dengan bunga rendah bagi peserta FYP 2025. Sementara itu, platform e-commerce besar seperti Tokopedia dan Shopee akan memberikan pelatihan khusus tentang optimasi penjualan online.
Untuk memastikan program berjalan efektif, pemerintah provinsi membentuk tim pendamping yang terdiri dari praktisi bisnis, akademisi, dan konsultan profesional. Mereka akan melakukan monitoring rutin terhadap perkembangan usaha peserta selama satu tahun penuh. “Kami tidak ingin program ini sekadar seremonial. Setiap peserta harus menunjukkan progres nyata,” tegas Bobby.
Antusiasme pelaku UMKM muda terhadap program ini cukup tinggi. Hingga saat ini, sudah lebih dari 3.000 pendaftar yang mendaftar, jauh melampaui kuota awal. Seleksi dilakukan berdasarkan potensi bisnis, inovasi produk, dan kesiapan pengembangan usaha.
Bobby Nasution optimis bahwa program ini akan menjadi katalisator bagi lahirnya wirausaha-wirausaha baru yang berkualitas. “Kami ingin menciptakan lapangan kerja, bukan pencari kerja. Semakin banyak wirausaha muda yang sukses, semakin kuat ekonomi Sumut ke depan,” ujarnya.
Keberhasilan program serupa di daerah lain menjadi acuan bagi Sumut. Sebagai contoh, program wirausaha muda di Jawa Barat dan Bali telah berhasil menciptakan ribuan usaha baru dengan omzet miliaran rupiah. Bobby berharap FYP 2025 bisa mencapai hasil yang bahkan lebih baik.
Pemerintah provinsi juga berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program ini di tahun-tahun mendatang. Rencananya, pada 2026, jumlah peserta akan ditingkatkan menjadi 3.000 UMKM dengan cakupan sektor yang lebih beragam, termasuk teknologi dan ekonomi kreatif.
Dukungan juga datang dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Menteri Teten Masduki menyatakan bahwa program FYP 2025 sejalan dengan agenda nasional pengembangan UMKM. “Ini adalah contoh baik bagaimana pemerintah daerah bisa mengambil inisiatif untuk memajukan ekonomi kerakyatan,” pujinya.
Masyarakat Sumut, terutama kalangan muda, menyambut baik program ini. Banyak yang melihatnya sebagai peluang untuk mengembangkan ide bisnis tanpa harus terbentur masalah modal dan pengetahuan. “Saya sudah daftar dan berharap bisa lolos seleksi. Ini kesempatan emas untuk mengembangkan usaha kuliner saya,” kata Rina, salah satu calon peserta dari Medan.
Dengan segala persiapan yang matang, program Fast Track Youngpreneur 2025 diharapkan tidak hanya menciptakan UMKM-UMKM baru, tetapi juga mendorong transformasi ekonomi Sumut yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Langkah ini merupakan bukti keseriusan pemerintah daerah dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat.