
TOKOBERITA.COM – Warga Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, dikejutkan oleh penggerebekan besar-besaran yang dilakukan Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Sumatera Utara pada Jumat, 25 Juli 2025. Bukan penggerebekan biasa, kali ini aparat menemukan bahwa sebuah markas organisasi kemasyarakatan (ormas) ternama, AMPI Sub Rayon Kelurahan Hamdan, ternyata telah disalahgunakan sebagai tempat produksi narkoba jenis ekstasi.
Markas yang seharusnya menjadi pusat pembinaan kepemudaan dan kegiatan sosial itu berubah total menjadi pabrik rumahan yang memproduksi ribuan butir ekstasi setiap bulannya. Temuan ini bukan hanya mencoreng nama organisasi, tetapi juga membuka mata publik akan betapa rawannya lembaga kemasyarakatan disusupi oleh kepentingan ilegal.
Lebih mengejutkan lagi, pihak kepolisian menduga bahwa otak di balik seluruh operasi gelap ini adalah SS, yang diketahui menjabat sebagai Ketua Sub Rayon AMPI Kelurahan Hamdan. SS dianggap sebagai sosok yang cukup berpengaruh di lingkungan tersebut, membuat banyak pihak merasa tertipu oleh citra positif yang selama ini ia tunjukkan.
Menurut keterangan resmi dari Ditresnarkoba Polda Sumut, penggerebekan ini dilakukan setelah dilakukan pengintaian selama lebih dari dua pekan. Tim penyidik mencium adanya aktivitas mencurigakan di dalam markas AMPI, seperti keluar-masuknya orang asing pada malam hari serta aroma kimia tajam yang tercium dari radius beberapa meter.
Saat penggerebekan berlangsung, SS sempat melarikan diri dan melakukan aksi nekat dengan melompat ke sungai yang berada tidak jauh dari lokasi. Pengejaran dilakukan hingga larut malam, namun tubuh SS baru ditemukan keesokan harinya dalam kondisi tidak bernyawa. Polisi menduga korban tewas karena kelelahan atau tenggelam saat berusaha melarikan diri.
Di dalam markas, aparat menemukan berbagai alat produksi narkoba, bahan kimia berbahaya, serta ribuan pil ekstasi siap edar. Semua barang bukti telah diamankan, dan saat ini polisi tengah mendalami apakah ada pihak lain yang terlibat dalam jaringan produksi tersebut. Beberapa anggota ormas juga telah diamankan untuk dimintai keterangan.
Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Roni Siregar, dalam konferensi pers menyatakan bahwa kasus ini sangat memprihatinkan karena mencoreng nama organisasi masyarakat yang seharusnya menjadi mitra pemerintah dalam menjaga ketertiban dan membina generasi muda. “Kami sangat menyayangkan adanya penyalahgunaan markas ormas untuk kegiatan kriminal. Ini tidak bisa ditoleransi,” tegasnya.
Pihak pengurus AMPI tingkat kota dan provinsi langsung menggelar rapat darurat untuk membahas insiden ini. Dalam pernyataan resminya, mereka menyatakan tidak mengetahui adanya aktivitas ilegal tersebut dan mengecam keras tindakan SS. AMPI juga berjanji akan melakukan evaluasi total terhadap seluruh struktur organisasinya.
Ketua AMPI Kota Medan menyebut bahwa tindakan SS adalah pengkhianatan terhadap semangat organisasi. “Kami merasa dikhianati oleh orang yang kami percaya memimpin anak-anak muda di wilayahnya. Ini adalah tamparan keras bagi kami,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa AMPI akan mendukung penuh proses hukum dan membuka akses seluas-luasnya kepada pihak kepolisian.
Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat dan tokoh pemuda di Medan. Banyak yang mengungkapkan rasa kecewa dan geram, karena tempat yang selama ini dianggap simbol pengembangan potensi pemuda justru berubah menjadi sarang kejahatan. Mereka mendesak agar pengawasan terhadap organisasi kemasyarakatan diperketat.
Beberapa warga sekitar juga mengaku tidak pernah mencurigai adanya aktivitas ilegal di dalam markas tersebut. “Kami pikir mereka cuma latihan atau rapat pemuda biasa. Tapi ternyata di dalamnya ada pabrik ekstasi, kami benar-benar tidak menyangka,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Peristiwa ini menjadi bukti bahwa jaringan narkoba kini semakin berani menyusup ke institusi masyarakat. Polisi mengingatkan masyarakat agar lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan tidak ragu melapor bila mencurigai kegiatan ilegal, meskipun dilakukan oleh pihak yang tampak “berwibawa.”
Dalam waktu dekat, Polda Sumut berencana menggandeng BNN dan pemerintah daerah untuk melakukan razia dan pemeriksaan menyeluruh terhadap markas-markas ormas dan komunitas lain yang memiliki struktur serupa, guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa perang terhadap narkoba tidak bisa dilakukan secara setengah hati. Diperlukan kolaborasi yang kuat antara aparat, organisasi masyarakat, dan warga sipil untuk memastikan generasi muda Indonesia tidak terjerumus dalam jaringan gelap narkotika.
Dengan tewasnya SS, kasus ini belum berakhir. Pihak kepolisian kini tengah memburu kemungkinan adanya aktor intelektual dan jaringan distribusi ekstasi yang lebih luas di balik operasi ini. Publik pun menanti, apakah pengungkapan ini akan menjadi pintu masuk bagi terbongkarnya sindikat narkoba yang lebih besar.