
Tokoberita.com – Dairi. Banjir bandang disertai longsor melanda Desa Silalahi 2, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, pada Selasa (25/2/2025) sekitar pukul 06.00 WIB. Akibat peristiwa ini, akses jalan menuju kawasan Silahisabungan lumpuh total karena tertutup material longsor berupa tanah, batu, dan batang pohon.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin malam menjadi penyebab utama banjir bandang. Aliran air yang deras membawa material dari perbukitan di sekitar desa, menyebabkan longsor yang menutup akses utama menuju daerah wisata di sekitar Danau Toba.
Kepala Desa Silalahi 2, Martinus Simbolon, mengatakan bahwa kejadian ini merupakan bencana terbesar yang pernah dialami warga dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyebutkan, beberapa rumah warga di sekitar bantaran sungai mengalami kerusakan akibat terjangan banjir.
“Kami sangat khawatir karena ini terjadi di pagi hari saat warga mulai beraktivitas. Banyak jalan yang tertutup lumpur, bebatuan, dan pohon tumbang. Akses menuju pusat kecamatan pun terputus total,” ujar Martinus.
Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Dairi segera turun ke lokasi untuk melakukan evakuasi dan pembersihan material longsor. Mereka bekerja sama dengan TNI, Polri, dan masyarakat setempat untuk membuka kembali akses jalan yang tertutup.
Kepala BPBD Dairi, Agus Siahaan, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengerahkan alat berat guna mempercepat proses pembersihan. Namun, medan yang curam dan material longsor yang cukup tebal menjadi tantangan utama dalam upaya evakuasi dan normalisasi jalur.
“Saat ini kami fokus membuka akses jalan yang tertutup agar bantuan bisa segera masuk. Selain itu, kami juga memantau kondisi warga yang terdampak langsung banjir bandang,” jelas Agus.
Sejumlah warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir terjadi longsor susulan. Hingga siang hari, tercatat 25 kepala keluarga (KK) dievakuasi ke balai desa dan rumah kerabat di daerah yang lebih tinggi.
Salah satu warga terdampak, Lamsihar Manik, mengaku terkejut dengan banjir bandang yang datang secara tiba-tiba. Ia menyatakan bahwa air mulai meluap dengan cepat dari arah perbukitan, membawa material longsor yang menghantam perkebunan dan jalan utama desa.
“Saya dan keluarga langsung lari menyelamatkan diri saat air mulai masuk ke rumah. Beberapa perabot rumah kami rusak, dan akses jalan benar-benar tertutup,” kata Lamsihar.
Selain merusak infrastruktur jalan, banjir bandang ini juga mengancam lahan pertanian warga. Banyak kebun kopi dan jagung yang rusak akibat terendam lumpur. Warga khawatir hasil panen mereka tahun ini akan gagal total jika kondisi ini berlanjut.
Pemerintah Kabupaten Dairi menyatakan akan segera memberikan bantuan kepada korban terdampak. Bupati Dairi, Eddy Keleng Ate Berutu, mengatakan bahwa pihaknya sedang menyalurkan bantuan darurat berupa makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
“Kami berupaya secepat mungkin membantu warga yang terdampak. Saat ini fokus utama kami adalah membuka akses jalan dan memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi,” ujar Eddy.
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) mengimbau masyarakat di wilayah Dairi dan sekitarnya untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat memicu banjir susulan dan longsor. Berdasarkan perkiraan cuaca, hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Sementara itu, proses pembersihan material longsor terus dilakukan. BPBD memperkirakan butuh waktu beberapa hari untuk membersihkan jalur utama secara keseluruhan, tergantung kondisi cuaca.
Masyarakat yang terdampak diimbau untuk tidak kembali ke rumah masing-masing sebelum ada kepastian kondisi aman dari potensi longsor susulan. Petugas terus memantau kondisi tebing di sekitar area bencana untuk mencegah risiko yang lebih besar.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di daerah rawan bencana. Penebangan liar dan aktivitas yang merusak hutan diduga menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya risiko longsor di kawasan perbukitan sekitar Danau Toba.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan relawan, diharapkan situasi di Desa Silalahi 2 dapat segera pulih dan aktivitas warga kembali berjalan normal.