
Editormedan.com – Badan jalan nasional yang menghubungkan Padangsidimpuan dan Sibolga mengalami kerusakan parah setelah salah satu sisinya amblas. Kejadian ini terjadi pada awal pekan dan telah menimbulkan keresahan di kalangan warga serta pengguna jalan.
Jalan yang amblas terletak di kawasan perbukitan yang dikenal rawan longsor, terlebih saat intensitas hujan tinggi seperti beberapa hari terakhir.
Amblasnya badan jalan ini menyebabkan pengurangan lebar jalan hingga setengahnya. Kondisi ini membuat arus lalu lintas terganggu, terutama kendaraan berat seperti truk dan bus yang sering melintasi jalur strategis ini. “Kami khawatir kalau situasi ini tidak segera diperbaiki, kecelakaan bisa saja terjadi, apalagi jalan ini sering dilewati kendaraan besar,” ujar Irwan, salah satu pengguna jalan.
Menurut warga setempat, tanda-tanda kerusakan sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. Namun, curah hujan yang tinggi diduga mempercepat proses amblasnya tanah di bawah jalan tersebut. “Kami sudah laporkan ini ke pihak terkait, tapi sampai sekarang belum ada tindakan konkret,” keluh Yanti, warga yang tinggal di sekitar lokasi.
Pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Utara telah melakukan survei awal ke lokasi kejadian. Dalam pernyataan resminya, mereka mengakui kerusakan jalan tersebut cukup serius dan membutuhkan penanganan segera. “Kami sedang menyusun rencana perbaikan darurat untuk memastikan jalur tetap bisa dilalui dengan aman,” ungkap seorang pejabat BBPJN.
Sementara itu, pemerintah daerah juga telah mengimbau warga dan pengguna jalan untuk berhati-hati saat melintas. Selain itu, sejumlah rambu peringatan darurat telah dipasang di sekitar lokasi amblas untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, warga menganggap langkah ini belum cukup.
“Rambu itu memang membantu, tapi yang kami butuhkan adalah perbaikan segera. Kalau terus dibiarkan, jalan ini bisa putus total,” ujar Andi, sopir angkutan antar-kota. Warga lainnya juga menyuarakan kekhawatiran tentang kemungkinan longsor susulan, mengingat struktur tanah di wilayah tersebut cenderung labil.
Kondisi ini juga berdampak pada perekonomian warga sekitar. Beberapa pedagang mengaku omzet mereka menurun karena kendaraan yang biasanya singgah kini menghindari jalur tersebut. “Biasanya banyak kendaraan yang berhenti di warung kami, tapi sekarang mereka lebih memilih jalur alternatif yang lebih jauh,” kata Siti, seorang pedagang di tepi jalan.
Pengamat transportasi regional, Ir. Bambang Harahap, menilai insiden ini menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap infrastruktur jalan di Sumatera Utara. “Kejadian seperti ini seharusnya bisa dicegah jika ada pemeliharaan rutin dan kajian risiko yang baik, terutama di daerah rawan longsor,” jelasnya.
Pemerintah provinsi telah berjanji akan mempercepat proses perbaikan jalan. Anggaran darurat juga disebut-sebut akan dialokasikan untuk menangani masalah ini. Namun, warga berharap janji tersebut segera direalisasikan mengingat pentingnya jalur ini sebagai penghubung ekonomi antara dua kota besar.
Hingga kini, jalan tersebut masih bisa dilalui dengan sistem buka-tutup, tetapi potensi kemacetan meningkat tajam, terutama pada jam sibuk. Petugas kepolisian dikerahkan untuk mengatur lalu lintas dan memastikan kelancaran sementara menunggu langkah perbaikan.
Dengan situasi yang semakin mendesak, warga berharap pihak berwenang dapat segera mengambil tindakan konkret. Mereka juga berharap perbaikan tidak hanya bersifat sementara, tetapi menyeluruh, agar masalah serupa tidak terulang di masa depan. “Ini bukan hanya soal jalan, tapi soal keselamatan dan kenyamanan semua orang yang melintasinya,” pungkas Yanti.